Sayangnya keinginan wanita tersebut seringkali tidak sejalan dengan pemikiran pria, terutama jika usia sudah beranjak dewasa. Menurut psikolog Ratih Ibrahim, pria dewasa punya versi Valentine yang berbeda ketimbang wanita.
"Wanita punya sisi romantic yang masih sering ditumbuhkan dengan berlebihan," ujar Ratih saat berbincang dengan wolipop di kantornya Personal Growth, Perkatoran Aries Niaga, Jl. Taman Aries Blok A1, Kembangan, Jakarta Barat, Senin (11/2/2013).
Sisi romantis ini masih tetap ditumbuhkan wanita hingga mereka menikah. Hari Valentine masih tetap dianggap penting untuk dirayakan, meskipun itu hanya dengan hal kecil saja.
"Sementara di laki-laki dewasa lebih tidak demikian. Apalagi kalau sudah menikah. Kalau belum menikah, dia harus (mau tidak mau) mengalah pada pasangannya," jelas Ratih.
Oleh karena itulah, Ratih merasa wanita perlu realistis jika bicara soal Valentine. Manfaatkan momentum tersebut untuk kembali masuk ke dalam romansa sebagai pasangan. Tapi jangan terlalu berharap lebih pada si dia.
"Kita harus put more effort to create that dan jangan patah hati kalau dia merespon tidak seromantis yang kita harap," tutur psikolog yang juga konsultan cinta di wolipop itu.
Ketika pria bersikap terlalu romantis menurut Ratih ada sesuatu hal yang tidak sesuai. Hal itu karena memang pada dasarnya secara hormon, pria tidak punya sisi romantisme.
"Romantism itu feminin part karena hormon estrogen lebih dominan. Laki-laki yang macho unsur femininnya sedikit. Kalau dia sangat romantis, apakah dia sangat feminin atau sangat suka cinta sama kita," urainya.
Bagaimana bentuk perayaan Valentine yang ideal, terutama ketika usia beranjak dewasa? Menurut Ratih semuanya terpulang ke pasangan itu sendiri. Pastinya jadikan momentum tersebut untuk kembali ke masa-masa bermesraan. Bisa dengan memberikan bunga, cokelat, berlian atau hanya sekadar makan malam.
http://wolipop.detik.com/read/2013/02/12/092810/2167500/852/saat-valentine-wanita-harus-realistis-agar-tak-patah-hati